Rabu, 27 Mei 2009

penelitian

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Bila kita mengatakan dunia Pendidikan pasti tidak lepas dari polemik-polemik yang terus berjalan dari waktu kewaktu. Mulai dari anggaran pendidikan, Sertifikasi pendidikan, komersialisasi pendidikan hingga masalah tindak kekerasan dalam pendidikan.Namun yang perlu di telaah secara substansial tentang makna pendidikan itu sendiri. Mengutip istilah salah seorang negarawan, Imanuel kant “ Manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan “ Yang dapat dipahami dari hal tersebut bahwa tujuan pendidikan itu sendiri lebih menghumaniorakan manusia itu sendiri.
Konsep mengenai pendidikan yang dikembangkan saat ini, merupakan rangkaian upaya manusia Indonesia untuk meningkatkan sumber daya yang akhir-akhir ini santer diperbincangkan sehubungan dengan peningkatan sumber daya manusia pembangunan.
Pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran yang diterapkan di seluruh tanah air, sudah tentu tidak terlepas tuntutan zaman dan kebutuhan pendidikan yang cenderung melibatkan seluruh strata sistem kemasyarakatan dalam suatu proses interaksi dan komunikasi yang berimbang sebagai penjabaran operasional fungsi dan strategi bagi dunia pendidikan. Mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Rumusan mengenai sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional serta telah ditetepkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia dengan ketetapan MPR Nomor IV/ MPR/1999, bidang pendidikan bahwa “Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cita tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan”.
Untuk merealisasikan kerangka dasar pendidikan seperti yang telah dipaparkan di atas, tentunya diperlukan upaya maksimal dari berbagai pihak, dalam melihat tugas dan tanggung jawab pendidikan itu, tanpa harus terikat dengan kondisi formal pendidikan semata.
Kiranya perlu dipahami bahwa indikator keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran tentunya tidak hanya terbatas pada sederetan angka-angka prestasi belajar, akan tetapi harus terkait dengan kemampuan seseorang anak didik merefleksikan program belajarnya dalam bentuk aplikasi sikap positif melalui serangkaian aktivitas yang selektif dan efektif. Dalam prestasi yang demikian itu, maka kita dapat memahami bahwa aspek nilai yang ditransfer dalam dunia pendidikan dan pengajaran harus selalu terkait dengan unsur pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diproyeksikan melalui kurikulum dan silabus pengajaran, untuk selanjutnya dioperasionalisasikan melalui kegiatan pengajaran. Diukur dengan menggunakan instrumen test yang tepat.
Kenyataan empiris proses pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan berbagai lembaga pendidikan menunjukkan bahwa penerapan pola pendidikan dan pengajaran yang tepat, tampaknya masih kurang mendapat perhatian yang memadai dari tenaga pengajar. Sehingga proses pengajaran cenderung tidak relevan dengan pola pendekatan atau metode pengajaran yang digunakan. Hal ini menyebabkan sisi kualitas pengajaran yang diharapkan kurang terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk melihat efektivitas suatu pendekatan dan metode pengajaran proses belajar mengajar yang dilakukan dapat berhasil guna dan memudahkan bagi siswa dalam memahami suatu disiplin ilmu atau mata pelajaran diterimanya.
Prestasi sendiri belajar adalah merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran, yang diukur berdasarkan hasil akhir siswa pada ujian semester atau catur wulan. ( Winarno Surachmad, 2003 ; 76 ).

Dan Untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor fisiologis yang meliputi : kondisi fisik dan keadaan panca indera, serta faktor psikologis yang meliputi : minat, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. (Ngalim Purwanto, 2003 ; 107).

Menurut pengertian prestasi belajar adalah hasil dari nilai yang sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Dan untuk dapat meningkatkan prestasi tersebut dibutuhkan suatu metode-metode yang tepat. Salah satunya adalah metode pemberian tugas dirumah sebagai salah satu bentuk metode mengajar yang berguna untuk mengatasi kelemahan metode-metode lain (seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain) dalam hal pemahaman para siswa terhadap materi pelajaran. Metode ini tampaknya sangat efektif guna mendorong para siswa belajar di luar jam sekolah, baik perorangan maupun kelompok, sebab secara terpaksa ataupun tidak, mereka berkewajiban melaksanakannya. Jika tidak, mereka akan mendapat hukuman ataupun nilai yang rendah. Efektivitas metede ini pernah dibuktikan di Singapura pada tahun 1993 sehingga membuat negara tersebut menjadi nomor satu di dunia untuk bidang matematika dan IPA (Science).

Dalam pemberian tugas terdapat tiga fase yaitu :
1. Guru memberikan tugas
2. Siswa melaksanakan tugas
3. Siswa bertanggung jawab kepada guru tentang apa yang dipelari.
(Winarno Surachmad, 2003 ; 191)


Menurut Herman Hudoyo, ia mengatakan :
“ Pengembangan kurikulum matematik dan pelaksanaan didepan kelas, bagi siswa-siswa yang mengerjakan lebih banyak pekerjaan rumah atau latihan-latihan menunjukkan hasil belajar matematikanya lebih baik.”
( Herman Hudoyo, 1997 ; 238)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas belajar dirumah adalah suatu cara untuk menguatkan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah dengan cara guru memberikan tugas, siswa melaksanakan tugas serta siswa mempertanggungjawabkan kepada guru tentang apa yang dipelajarinya. Pemberian tugas dirumah adalah sangat penting untuk menumbuhkan perbuatan belajar serta untuk menyempurnakan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar di sekolah.

Manfaat penggunaan metode pemberian tugas belajar yaitu :
1. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah balajar dengan jalan ; mencoba mengatasi sendiri, mengerjakan soal sendiri dan membaca materi pelajaran sendiri.
2. Membiasakan siswa untuk berfikir dengan cara membanding-bandingkan dan mencari rumusnya.
3. Melatih siswa berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hafalan
4. Mengembangkan siswa untuk berinisiatif dan bertanggung jawab terhadap penggunaan dan pengetrapan informasi atau pengetahuan dalam menghadapi masalah-masalah yang actual. (Ny. Roestiyah MK. 2003 ; 81)
Pemberian tugas sangat bermanfaat untuk siswa agar ia dapat lebih mengembangkan inisiatifnya sendiri, seta siswa dapat bertangung jawab terhadap dirinya sendiri. Siswa akan aktif mencari apa yang menjadi tugasnya serta berusaha untuk berpikir dan mengasah imajinasinya untuk menyelasaikan suatu masalah.
Berdasarkan hasil survey yang di laksanakan pada tanggal 24 Maret 2009, di MTs YASMIDA AMBARAWA. Kabupaten Tanggamus terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa seluruhnya 85 siswa, seperti yang termuat pada table berikut ini :
Table 1 : Data Jumlah Siswa MTs YASMIDA Amabarawa Kecamatan Amabarawa Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2008 – 2009

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki – Laki Perempuan
1. VII 10 14 24
2. VIII 14 16 30
3. IX 12 19 31
Jumlah 151 265
Sumber : Buku Daftar Hadir MTs YASMIDA Ambarawa kecamatan
Ambarawa Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2008/2009

Dari data diatas maka dapat dilihat bahwa siswa kelas IX yang jumlah seluruhnya ada 24 orang. Bila dilihat dari daftar nilai prestasi belajar matematika kelas IX semester I diketahui bahwa nilai prestasi belajar rendah, seperti termuat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 : Data Prestasi Belajar Matematika Siswa MTs YASMIDA Amabarawa Kecamatan Amabarawa Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2008 – 2009
No Nilai Jumlah Siswa Persentase
1. Tinggi ( 7 ) 4 16,66%
2. Sedang ( 6 ) 7 29,16 %
3. Rendah ( 5 ) 13 54,16 %
Jumlah 24 100 %
Sumber : Buku Leger MTS YASMIDA Tahun Pelajaran 2008-2009

Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas IX adalah Pada kreteria tinggi 4 siswa (16.66 %), pada kriteria sedang 7 siswa (29,16 %) dan kriteria rendah 13 siswa (54,16%).

Di MTS YASMIDA Ambarawa Kabupaten Tanggamus sarana dan prasarana mata pelajaran matematika sudah cukup memadai, buku-buku pelajaran dan buku-buku penunjang lengkap, serta guru matematika yang berkualitas, seharusnya prestasi belajar matematika baik, tetapi berdasarkan data tersebut di atas prestasi belajar masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar matematika tersebut dimungkinkan karena beberapa faktor, dan salah satu kemungkinan adalah kurangnya pemberian tugas-tugas di rumah oleh guru mata pelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dalam penelitian ini maka penulis merumuskan masalah “ Apakah ada hubunngan pemberian tugas di rumah oleh guru dengan prestasi belajar matematika siswa kelas IX semester Genap MTs Yasmida Ambarawa Tahun Pelajaran 2008-2009 ”. Selanjutnya penulis tuangkan ke dalam judul penelitian : “Hubungan pemberian tugas di rumah oleh guru dengan prestasi belajar matematika siswa kelas IX semester Genap MTs Yasmida Ambarawa Tahun Pelajaran 2008-2009”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghidari kesalah pamahaman dalam penelitian maka penulis membatasi penelitian ini yaitu :
1. Sifat penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana hubungan pemberian tugas di rumah oleh guru dengan prestasi belajar matematika
2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Yasmida Ambarawa Kabupaten Tanggamus
3. Tempat Penelitian ini adalah MTs Yasmida Ambarawa Kabupaten Tanggamus
4. Waktu Penelitian : Semester Genap tahun Pelajaran 2008-2009

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh Hubungan pemberian tugas di rumah oleh guru dengan prestasi belajar matematika siswa kelas IX semester Genap MTs Yasmida Ambarawa Tahun Pelajaran 2008-2009
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai bahan evaluasi belajar guru dalam mengunakan metode mangajar yang cocok bagi siswa.
b. Agar siswa dapat memahami bahwa pekerjaan rumah dapat menunjang prestasi belajarny

SINDRUME PASCA PEMILU SINDRUME SEMBILU

Sebuah tawaran yang mengiurkan pastinya ketika kita melihat betapa sangat menjanjikan sebuah pekerjaan yang bersumber dari amanat rakyat yang kita sendiri sangat mudah untuk dapat masuk dalam undian nasib itu, sebuah harapan besar ada disana baik harapan untuk dapat melindungi rakyat, berjuang untuk rakyat, menjalankan amanat rakyat atau pun harapan dengan jabatan wakil rakyat itu mendapat peruntungan kembali untuk bisa hidup dengan taraf yang layak atau bahkan diatas layak.

Sebuah dinamika politik yang sangat menarik ketika hal ini kita angkat jadi sebuah paparan sosial, karena telah terjadi pergeseran harapan dari apa yang menjadi harapan dari pribadi para calon anggota Dewan kita ini dengan apa yang diamanatkan dalam undang-undang. Ini kita bisa lihat dari model-model kampanye yang saat ini banyak digunakan para calon ini, Dari data dari Panwaslu Terdapat ………………………………. Pelangaran yang kesemuanya dilakukan dengan hasrat yang sangat tinggi.

Kita lihat juga Komisi Pemilihan Umum menetapkan 11.301 calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari 38 partai politik dan 1.116 calon anggota Dewan Perwakilan Daerah sebagai peserta Pemilu 2009. sunguh sangat menarik setelah kita tahu bahwa yang mencalonkan diri inipun bukan hanya dari kalangan ekonomi menengah keatas bahkan banyak rakyat dari ekonomi rendahpun mencalonkan dirinya untuk menjadi salah satu wakil rakyat. Belum lagi tingkat pendidikanya sangat berfariasi dan mungkin saja ada diantara mereka sendiri lupa untuk apa dia mencalonkan diri untuk dirinya, keluarganya, partainya atau benar-benar untuk rakyatnya.

Dilihat dari dana yang digunakan untuk penyelengaraan pemilupun sangat luar biasa. UU Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN 2008 mengalokasikan dana untuk keperluan penyelenggaraan Pemilu 2009 sebesar Rp6,67 triliun dan untuk keperluan operasional Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebesar Rp793,9 miliar. Bukan dana yang sedikit untuk ukuran negara sekelas Indonesia yang untuk membayar cicilan utangnya saja sudah kebingungan. Dan anggaran ini juga belum termasuk anggaran yang dikeluakan masing-masing partai. Jika kita akumulasi dari semua pendanaan yang dikelurkan untuk pemilu ini sangat luar biasa besarnya.

SINDROME

Sebuah hal yang lumrah nantinya dengan dana yang sebegitu besarnya maka ada sebuah tuntutan tentunya semoga saja wakil yang nantinya terpilih merupakan wakil-wakil dari rakyat yang memeng benar-benar berjuang untuk rakyat agar tidak sis-sia sebuah hasil yang ada nantinya,.Aminn. Namun Dunia tidak selamanya indah, mungkin itu ungkapan yang lumayan pas jika kita kaitkan dengan apa yang akan terjadi nanti pasca pemilu ini. Para ahli Kejiwaan memprediksi akan banyak sekali para calon-calon anggota dewan kita. pikiran dan fisiknya akan mengalami ganguan. “Ketidakseimbangan antara keinginan begitu menggebu-gebu, memikirkan harta yang sudah dikeluarkan serta hasil yang tidak memuaskan sehingga timbul distorsi dalam tubuh. Ujung-ujungnya gangguan kejiwaan. Ditambah dengan banyaknya para calom anggota dewan sendiri yang usianya sudah bukan usia produktif sehingga kemungkinan ganguan fisik juga banyak yang terjadi. Sindrome kejiwaan inilah yang nantinya akan menghantui banyak sekali para calon anggota dewan yang tentu saja hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.sindrome keadaan jiwa yang berambisi untuk mencapai mimpi yang mengiurkan.

Akhirnya untuk apa lagi sebuah ambisi itu, jika yang akan kita peroleh hanya luka yang tersayat-sayat oleh sembilu, jika harapan tak sampai, dana habis sudah, badan terasa letih yang tersisa hanya impian yang tidak sesuai dengan harapan. Maka dikemudian hari ini mungkin akan menjadi sebuah renungan kita bersama bahwa untuk mencapai tujuan dari demokrasi dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat ini perlu adanya sebuah pemikiran bukan tentang kebebasan saja tapi perlu adanya sebuah relevansi dari semua peraturan yang sesuai dengan keadaan nantinya bukan relevansi kebebasan yang tidak memikirkan begitu banyak dampak yang akan timbul.

Pemerintah sendiri diharapkan bisa membuat relevansi yang lebih jelas nantinya tentang kreteria para calon anggota dewan kita atau mungkin relevansi partai peserta pemilu sendiri. Bukan hanya karena ia bisa mendekati partai, atau mempunyai dana untuk mengkampanyekan dirinya sendiri namun juga perlu adanya sertifikasi yang jelas baik dari segi peadagogis, sosial maupun kepribadian.karena mereka nantinya yang akan mewakili rakyat untuk dapat mengawal dengan benar segala sesuatu yang diberikan pemerintah untuk rakyat.