Sabtu, 26 Desember 2009

Mahasiswa Pringsewu Bentuk AMP

PRINGSEWU - Perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pringsewu sepakat membentuk aliansi mahasiswa Pringsewu (AMP). Pada pemilihan pengurus aliansi mahasiswa Pringsewu, Kamis (15/10), yang dihadiri 35 perwakilan mahasiswa, sepakat bila visi dari gerakan ini adalah untuk membentuk mahasiswa sebagai insan kamil (manusia yang berfikir, Red). Di mana arah gerakannya atau misinya adalah menyuarakan aspirasi dari rakyat.
Ketua AMP, Sofwan Adiputra mengatakan, aliansi yang mereka bentuk merupakan organisasi ekstra kampus, di mana mahasiswa yang terlibat merupakan mahasiswa yang bergabung murni dari hati nuraninya sendiri.
”Mahasiswa yang bergabung beranggotakan dari 3 kampus yang ada di Pringsewu, masing-masing STMIK Pringsewu, ATP Pringsewu, dan STKIP Muhamadiyah Pringsewu,” ujarnya.
AMP menurutnya, berkiprah dalam mengkritisi sekaligus berupaya memberikan solusi terhadap semua lini termasuk kebijakan pemerintahan.
”Aspirasi membentuk sebuah pemerintahan di Pringsewu, sebagai pemerintahan yang transparan dalam mengambil kebijakan, akuntabel dalam mempertangungjawabkan kebijakan, dan kredibel dalam menentukan kebijakan. Kami ikut berupaya memberikan masukan kepada pemerintah daerah,” tegas Sofwan.
Wadah mahasiswa ini tidak hanya mengkritisi, namun sebuah upaya yang membantu pemkab dalam mencari terobosan, kepada stakeholder yang berkepentingan pada pembentukan pemerintahan ini. ”Harapannya, AMP ke depan dapat membentuk sebuah good governance dan clean governance yang mampu menyejahterakan rakyat, bukan lagi dalam tataran konsep, namun sudah kepada sebuah realita di masyarakat,” pungkasnya. (rnn)

Kamis, 10 Desember 2009

Realita Bupati Pringsewu vs Mahasiswa STMIK (Sebuah Testimoni)

Perseteruan antara Bupati Pringsewu versus Mahasiswa ( STMIK ) semakin memanas. Kesan adu kekuatan tentang sejauh mana mereka mampu menunjukan kekuatannya sangat kentara. Hal ini dapat kita lihat dari peristiwa aksi yang terjadi kemarin. Di mana sikap dan prilaku keduanya tidak sama sekali menunjukan sikap kedewasaan di antara keduanya. Bupati yang merasa terpojokan membuat sebuah masa tandingan yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat. Sebaliknya mahasiswa yang merasa ber juang meminta tambahan kekuatan dari berbagai elemen mahasiswa yang berada di luar kabupaten pringsewu.

Mereka sama sama berusaha menunjukan kepublik sebuah pencitraan bahwa merekalah yang paling benar dari masalah yang ada. Politik pencitraan inilah yang akhir-akhir ini sangat vulgar mendorong mereka sebagai lakon-lakon setidaknya dalam drama tayangan baru menyamai drama berseri antara KPK dan Polri.


Bersama ini saya ingin memaparkan sebuah testimoni (bukan bermaksud meniru Antasari Azhar yang juga menulis testimoni). Testimoni yang hendak saya buat ini adalah terkait dengan runtutan perjalanan perseteruan antara Mahasiswa STMIK Pringsewu dengan Bupati Pringsewu, yang mana apa maksud dan tujuan dari keduanya sulit dipahami publik!

Bupati pringsewu.!!!

Tentu masih ingat dalam ingatan kita bagaiman saat pertama kali bupati pringsewu yang baru saja dilantik datang kepringsewu, ia langsung saja di sambut dengan aksi dari mahasiswa STMIK yang menuntut untuk dapat melaksanakan perekrutan CPNS dengan tanpa adanya unsur Corup disana , pada saat aksi pertama inilah awal sebuah perseteruan terbuka di mulai. Bupati tidak mau bertemu dengan mahasiswa yang datang ke kantor bupati pada saat itu, bupati menolak berdialog dengan mahasiswa.

Kemudian setelah itu tentu saja terjadi perang urat saraf diantara keduanya. Yang kemudian dilanjutkan dengan aksi kedua dari mahasiswa STMIK pringsewu. Dan kembali bupati pringsewu tidak mau menemui dan menandatangani tuntutan yang diajukan oleh mahasiswa pada saat itu. Bupati menilai mustahil untuk dapat memenuhi tuntutan dari para mahasiswa itu dan bupati merasa aksi mahasiswa ini ditungangi oleh orang lain. Yang pada ahirnya entah dengan sengaja ataupun dengan emosi bupati pringsewu mengeluarkan sebuah umpatan kepada mahasiswa yang di publikasiskan oleh beberapa media.
Diantaranya yang mungkin saja lebih menyulut kemarahan dari semua elemen mahasiswa adalah ungkapan bahwa mahasiswa yang melakukan aksi adalah orang yang stress yang harusnya masuk rumah sakit jiwa.


Sebuah kritik konstruktif !!!!!!!!!!!!!!!

Dari persoalan yang berkembang saat ini tentu saja dibutuhkan sebuah problem solving diantara permasalahan yang saat ini ada, sebuah tugas dari semua elemen masyarakat pringsewu tentunya untuk mencari solusinya, Karena jika hal ini terus menerus didiamkan maka akan menjadi sebuah citra negative pada perkembangan kabupaten yang baru seumur jagung ini.
Persoalan yang pada akhirnya timbul adalah sebuah kefakuman dari kinerja bupati sendiri tentunya. Bagaimna bupati bisa berkerja dengan baik jika ia baru saja akan berbuat sudah dituntut dengan berbagai tekanan. Dan sebaliknya juga bupati sendiri sebagai pemegang tampuk kepemimpinan di pringsewu sebaiknya dapat bersikap lebih arif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, mencoba membuka komunikasi yang baik dengan apa yang dituntut oleh mahasiswa
Begitu juga dengan mahasiswapun akan mengalami hal yang sama, mereka (Red-mahasiswa STMIK ) akan merasa kurang nyaman dengan keadaan seperti ini karena merasa waswas dengan ancaman yang dikatakan oleh bupati, namun sebaliknya sebenarnya tuntutan mahasiswa sendiri juga akan terus kita tuntut, namun dengan jalan dan metode yang mungkin sebaiknya kita rubah bersama.

Pringsewu merupakan sebuah kabupaten baru yang memeliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Kedepan Pringsewu diharapkan bisa menjadi barometer bagi kabupaten-kota yang ada di Lampung atau mungkin di Indonesia. Jadi sebuah hal yang tiada gunanya jika kita hanya berdebat kusir tentang apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang benar siapa yang salah. Jangan sampai kejadian ini menjadi sebuah kemunduran dari perjuangan yang telah ada. Semoga hal ini dapat menjadi pengalaman sejarah yang dapat diambil hikmahnya pagi perjalanan Pringsewu kedepan yang lebih maju.